
Pengayaan Akademik Mahasiswa Baru dan Studium Generale TA 2025/2026
Program Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin mengawali tahun akademik baru dengan menyelenggarakan Pengayaan Akademik Mahasiswa Baru sekaligus Studium Generale, pada Senin-Selasa 1-2 September 2025 bertempat di Auditorium UIN ANTASARI Banjarmasin. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam menyambut mahasiswa baru program magister dan doktor yang siap menempuh perjalanan akademik di jenjang yang lebih tinggi.
Acara dibuka secara resmi oleh Bapak Wakil Direktur Dr. Wahyuddin, M.Pd.I selaku perwakilan dari Direktur Pascasarjana yang sedang berhalangan hadir, beliau menegaskan bahwa Pascasarjana tidak hanya menjadi ruang belajar formal, tetapi juga arena pengembangan diri, jejaring dan kontribusi nyata terhadap masyarakat.
Sesi Pengayaan Akademik menghadirkan materi seputar orientasi akademik, sistem pembelajaran pascasarjana, tata kelola administrasi, hingga kehadiran AI yang memberikan banyak dampak dalam proses pembelajaran. Momen ini juga menjadi ajang interaksi antara mahasiswa dengan para dosen serta pengelola program, sehingga tercipta suasana akademik yang hangat dan inklusif.
Puncak kegiatan diisi dengan Studium Generale menghadirkan narasumber pertama Prof. Dr. Rusma Noortyani, M. Pd yang menyampaikan materi bertema “Digital Legacy/literasi digital”. Dalam paparannya, narasumber menekankan bahwa era globalisasi menuntut mahasiswa pascasarjana untuk lebih adaptif, inovatif, dan kritis dalam melihat persoalan serta pemanfaatan AI secara tepat dalam pembelajaran perkuliahan. Antusiasme mahasiswa terlihat dari interaksi aktif dalam sesi tanya jawab. Banyak yang mengajukan pertanyaan diantaranya seputar penggunaan AI dalam pencarian data penelitian, literasi digital yang mengharuskan kita lebih selektif & bijak mengggunakannya seperti penggunaan gadget yang berlebihan dan terlebih tidak adanya regulasi yang mengatur penggunaan literasi digital yang baik.
Narasumber kedua Mansyur, S.Pd, M.Hum yang menyampaikan materi bertema “Academy Writing” yang merupakan pondasi pertama tesis dan disertasi menyesuaikan penulisan akademik dimana didalam nya tersapat struktural penulisan dan dapat dipertanggungjawabkan. Sesi tanya jawab kedua yang membahas tentang perbedaan terkait tesis dan skripsi dimana perbedaan pada hipotesesisnya, metodologi lebih komprehensif dengan penjelasan yang detail beserta alasan pemakaiannya karena S2 berfokus pada pengujian teori.
Acara selanjutnya yaitu pengenalan & persentase prodi S2 & S3. Dimulai dari Prodi S2 Pendidikan Bahasa Arab kemudian dilanjut oleh prodi S2 Pendidikan Bahasa Inggris selanjutnya prodi S2 Hukum Keluarga, S2 Manajemen Pendidikan Islam, S2 Hukum Ekonomi Syariah, S2 Ilmu Tasawuf, S3 Ilmu Syariah, S3 Pendidikan Agama Islam. PAda acara ini perwakilan masing -masing prodi menyampaikan, visi, misi, track record alumni, tendik. Visi dari semua prodi tersebut yaitu menjadi prodi yang unggul, menyelenggarakan pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten, menghasilkan pengabdian kepada masyarakat.
Melalui kegiatan ini, Program Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin berharap seluruh mahasiswa baru mampu beradaptasi dengan cepat, menumbuhkan semangat kolaborasi, pemanfaatan kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan dan pembelajaran serta mengukuhkan identitas sebagai insan akademik yang berdaya saing global. Kehadiran mereka diharapkan dapat melahirkan karya-karya inovatif yang tidak hanya bermanfaat bagi dunia akademik, tetapi juga memberi dampak nyata bagi pembangunan bangsa.
Memasuki hari kedua kegiatan pengayaan akademik, para peserta kembali mendapatkan wawasan berharga dari dua narasumber dengan latar belakang keilmuan yang berbeda namun saling melengkapi. Sesi pertama diisi oleh Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. Mujiburrahman, M.A., yang membawakan materi Studium General bertajuk “Tantangan dan Peluang Kajian Islam di Era Digital”. Dalam pemaparannya, beliau menekankan bagaimana perkembangan teknologi digital tidak hanya membawa kemudahan, tetapi juga menimbulkan tantangan tersendiri bagi studi Islam. Menurutnya, generasi akademik masa kini harus mampu memanfaatkan ruang digital sebagai media dakwah, penelitian, dan pengembangan keilmuan, sekaligus tetap kritis terhadap arus informasi yang begitu deras.
Selepas itu, suasana semakin hangat ketika giliran Dr. Nasrullah, S.Sos.I., M.A. tampil dengan materi yang cukup unik berjudul “Dari Baliho sampai Hantu (Kajian Studi Islam dalam Perspektif Antropologi: Pengalaman Pribadi)”. Beliau mengajak peserta melihat Islam dan praktik keberagamaan dari sudut pandang antropologi, yang erat kaitannya dengan keseharian masyarakat. Sebagai contoh, Dr. Nasrullah menyinggung tradisi khas masyarakat Banjarmasin dalam transaksi jual beli. Di daerah ini, akad sering ditandai dengan ungkapan sederhana “jual lah” dari penjual dan “belilah” dari pembeli. Ucapan tersebut diyakini menegaskan sahnya transaksi, sebuah kebiasaan yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain, namun menunjukkan kekayaan budaya lokal yang menarik untuk dikaji.
Antusiasme peserta pun terlihat jelas saat sesi diskusi dan tanya jawab. Banyak yang mengajukan pertanyaan maupun berbagi pandangan terkait perbedaan budaya yang mereka alami di daerah masing-masing. Perdebatan ringan mengenai kaitan budaya dengan perspektif antropologi membuat suasana semakin hidup. Kehadiran beragam pengalaman dari para peserta menambah warna dalam diskusi, sekaligus menunjukkan betapa luasnya ruang kajian Islam ketika dipadukan dengan pendekatan sosial budaya.
Hari kedua ini pada akhirnya tidak hanya memberikan materi akademik semata, tetapi juga membuka cakrawala berpikir mahasiswa baru untuk lebih peka terhadap realitas sosial, budaya, dan tantangan digital yang akan mereka hadapi kedepan.