Dosen Magister PBI Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin Presentasi Riset di The 71st TEFLIN International Conference
Malang, 10 Oktober 2025 – Salah satu dosen sekaligus Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin, Dr. Hj. Noor Maulidiyah, MA., berpartisipasi sebagai pemakalah pada The 71st TEFLIN International Conference, sebuah forum ilmiah internasional yang menjadi ajang berkumpulnya para pakar, praktisi, dan peneliti pengajaran bahasa Inggris dari berbagai negara.
Konferensi ini mengusung tema besar “Reimagining English Language Education in the Age of AI and Digital Transformation: Integrating Inclusive Education and Cultural Diversity.” Acara berlangsung pada 8–10 Oktober 2025 di Universitas Brawijaya, Malang, dan diselenggarakan secara kolaboratif dengan The 5th ICEL, The 5th ICOLLEC, serta The 2nd ISIALING. Setiap tahunnya, TEFLIN mempertemukan ratusan akademisi untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam metodologi pengajaran, teknologi pendidikan, dan isu-isu kebahasaan kontemporer.
Pada konferensi internasional tersebut, Dr. Noor Maulidiyah mempresentasikan penelitian berjudul:
“Fostering Academic Literacy: A Study of University Students’ Perceptions on Manual Annotation Versus AI-Assisted Summarization.”
Penelitian ini menelaah perbandingan antara dua strategi literasi akademik yang kini banyak digunakan di perguruan tinggi: annotasi manual sebagai pendekatan tradisional dalam membaca kritis, dan AI-assisted summarization, yang semakin populer di kalangan mahasiswa era digital. Studi tersebut menggali persepsi mahasiswa mengenai efektivitas kedua metode, termasuk dampaknya terhadap kedalaman pemahaman dan kemampuan berpikir kritis dalam perkembangan kemampuan membaca dan menulis akademik mahasiswa.
Dalam pemaparannya, Dr. Noor Maulidiyah menyampaikan bahwa teknologi kecerdasan buatan perlu ditempatkan sebagai alat bantu, bukan pengganti proses belajar mendalam.
“Mahasiswa kita kini hidup pada era keterbukaan informasi yang sangat cepat. AI dapat membantu meringkas bacaan, tetapi kemampuan menganalisis secara mandiri tetap harus dibangun. Penelitian ini menunjukkan bahwa annotasi manual masih memiliki peran penting dalam mempertajam kemampuan membaca kritis,” ujarnya.
Beliau menambahkan bahwa strategi literasi hybrid—menggabungkan AI dan teknik tradisional—berpotensi menjadi model pembelajaran baru. “Yang perlu kita lakukan bukan menolak teknologi, tetapi mengarahkan mahasiswa agar memanfaatkannya secara bijak. Literasi akademik harus tetap menekankan kedalaman, bukan hanya kecepatan,” tambahnya.
Partisipasi Dr. Noor Maulidiyah dalam forum internasional bergengsi ini menjadi bukti komitmen UIN Antasari Banjarmasin dalam mendorong inovasi penelitian dan meningkatkan kontribusi akademiknya pada diskusi global mengenai pengajaran bahasa Inggris di era transformasi digital.



