DISEMINASI HASIL PENELITIAN S2 ILTA DI INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

Untuk melakukan pengabdian masyarakat dan penyebaran keilmuan serta mewujudkan kerjasama antar lembaga, prodi Ilmu Tasawuf (ILTA) UIN Antasari Banjarmasin melaksanakan penyebaran (diseminasi) penelitian yang baru-baru ini mereka laksanakan terkait fenomena Nur Muhammad yang diajarkan oleh KH. Mahmud Hashil, pada selasa, 9 November 2021 di Institut Agama Islam Darussalam (IAID), Maratapura. Mahmud Hasil cukup dikenal di daerah Kalimantan, terutama Kal-Sel dan Kal-Teng, dengan berbagai karya tasawufnya terkait Nur Muhammad yang dituangkannya dalam beberapa buku seperti Sarantang Saruntung, Simpanan Berharga, Waja Sampai Ka Putting. Tidak hanya itu, beliau juga sangat rajin menyebarkan ajarannya tersebut melalui berbagai pengajian yang diadakan baik di Kalimantan Selatan maupun Kalimantan Tengah, meski basis pengajiannya ada di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dengan nama Majlis Taklim Ubudiyyah.

Diskusi Prodi ILTA yang berupaya menyoroti salah satu kitab yang paling awal muncul yakni kitab Simpanan Berharga, dengan mengajukan pertanyaan bagaimana Nur Muhammad dalam ajaran kitab tersebut, cukup diapresiasi oleh para peserta. Menurut Abqari, salah satu Tim peneliti, Nur Muhammad yang hendak diajarkan oleh Mahmud Hashil adalah Nur Muhammad yang tidak jauh berbeda dengan konsep Nur Muhammad yang dipahami umumnya masyarakat Banjar yakni sebagai konsep dasar pengenalan hakikat diri manusia. Namun dalam hal ini, Mahmud Hashil juga memiliki kecenderungan untuk menegakkan unsur-unsur akhlak yang terkandung dalam Nur Muhammad selain unsur-unsur filosofisnya. Abdul Hadi, M. Ag, sebagai penanggap utama, berpendapat meskipun ada kecenderungan akhlaki pada konsep Nur Mahmud Hashil namun kecenderungan Syariah-nya masih minim. Ia membandingkan dengan Guru Sakumpul, K.H. Muhammad Zaini Ghani, bahwa Nur Muhammadnya Guru Izai berangkat dari nilai-nilai syariat baru kemudian taraqī, ‘mendaki’, ke hakikat Nur Muhammad. Adapun peserta lain, Syauqi dan Syafiq, mempertanyakan alasan kenapa kitab seperti ini ditulis oleh Muhammad Hashil dan bahkan ajaran seperti ini telah diajarkannya juga melalui media online, Youtube. Dalam hal ini, Tim peneliti menanggapi bahwa kondisi paradigma mekanistik-materialisme menjadikan masyarakat cenderung kepada aspek-aspek materi dan degradasi moral bisa menjadi alasan munculnya kitab-kitab seperti Mahmud Hashil ini. Selanjutnya, kondisi public sphere dan keterbukaan media memudahkan Mahmud Hashil dan tim yang mendukungnya untuk menyebarkan ide-ide yang diajarkannya. Karenanya, menanggapi hal seperti ini tidak harus ditolak namun dikreasi dan dimaknai dengan hal-hal yang lebih relevan dan integrative, demikian menurut Muhammad Rusydi, salah satu tim peneliti.

Acara desiminasi penelitian ini diakhiri dengan foto bersama, shalat ashar berjamaah serta silaturrahmi sehingga kegiatan kerjasama ini selain terasa serius namun juga penuh dengan keakraban.