Mujiburrahman: Kita Harus Menghargai, Menjaga dan Melestarikan Alam!
Banjarmasin – Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin menyelenggarakan The Fifth Annual Postgraduate Conference on Moslem Society (APCoMS) dan The Sixth International Colloquium on Interdisciplinary Islamic Studies (ICIIS) secara hibrida bertempat di Auditorium Mastur Jahri UIN Antasari Banjarmasin dan Zoom Meetings. Kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 hari mulai 19 – 21 September 2023 itu mengangkat tema “Responses of Religion and Education Toward Artificial Intelligence and Climate Change” dan dihadiri oleh para pembicara dari 3 negara, 90 penyaji makalah dari 6 perguruan tinggi keagamaan islam negeri (19/09/2023).
Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA dalam sambutannya mengungkapkan bahwa berbicara tentang AI maka secara otomatis akan berbicara tentang teknologi. Begitu juga ketika berbicara tentang perubahan iklim, maka juga akan berbicara tentang dampak dari teknologi itu. Oleh kerena itu, menurut alumni Utrech University itu secara filosofis ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu: Pertama, apa fungsi teknologi dalam kehidupan kita? (what is the function of thechnology in our lives?).
“Teknologi itu dibuat idealnya untuk membuat hidup kita lebih mudah dan nyaman. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi memiliki dua sisi, yaitu baik dan buruk. Misalnya, kecerdasan buatan dapat membantu kita berfikir lebih cepat, mengumpulkan informasi lebih cepat, dan bekerja lebih cepat. Bahkan kecerdasan bisa saja menjadi lebih cerdas dari kita. Misalnya, banyak orang yang kalah bermain catur melawan sebuah aplikasi, bahkan ahli catur sendiri”, ungkap Mujib.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa teknologi secara umum memiliki dua fitur, yaitu kecepatan dan kekuatan. “Jika kita menggunakan teknologi maka kita dapat melipatgandakan kecepatan dan kekuatan yang kita miliki. Begitu juga jika kita mencermati perubahan iklim yang terjadi sekarang. Secara umum hal itu disebabkan oleh penyalahgunaan teknologi yang kita buat sendiri sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca yang berlebihan, menyebabkan pemanasan bahkan pendidihan global hingga perubahan iklim. Misalnya, hari ini di Kalimantan masih musim kemarau, namun di Libya minggu lalu sedang banjir besar. Iklim menjadi berubah dan tidak menentu karena kita tidak menghiraukan teriakan para ilmuwan tentang perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang sedang terjadi. Keserakahan dan kesombongan yang kita miliki menjadi pemicunya”
Oleh karena itu menurut Mujib pertanyaan kedua yang harus dijawab adalah apa peran keberadaan kita sebagai manusia di bumi ini? (What is the rule of our existence as the human being in the earth). “Kita membuat teknologi idealnya untuk membantu kita, dan mendapatkan manfaatnya, bukan sebaliknya teknologi membuat kita lebih menderita. Masalahnya sekarang teknologi seakan menjelma menjadi berhala yang kita buat sendiri dan kita sembah sendiri. Teknologi seperti mengontrol prilaku kita sekarang. Misalnya, gawai yang kita miliki seakan mengatur hidup kita. Karena media sosial keberadaan kita ditentukan oleh apa yang tampak di media sosial. Hal ini seperti yang diungkapkan Prof. Budi Hardiman bahwa “saya klik, maka saya ada”. Bahkan, banyak orang sekarang mengatakan “saya berpikir, saya unggah dan saya ada”
Idealnya dengan teknologi hubungan kita dengan alam semakin harmonis. Namun, baru-baru ini menurut Mujib, Karen Armstrong mengungkapkan bahwa kita sekarang sepertinya menjaga jarak dengan alam. Kita menganggap bahwa alam itu berbeda dan terpisah dengan kita. Misalnya ketika pergi ke kebun dan melihat sebuah bunga yang indah maka kita akan berhenti, namun tidak memikirkan tentang bunga itu, melainkan memotonya dan mengunggahnya ke internet. Bahkan yang lebih parah menurutnya sebagaimana diungkapkan Seyyed Hossein Nasr bahwa masyarakat modern dan sekuler hanya melihat alam sebagai sesuatu yang bisa dieksploitasi. Alam hanya dianggap sebagai barang prostitusi. Dieksploitasi tanpa mau bertanggungjawab. Di mata masyarakat modern dan sekuler alam hanya barang profan.
“Dengan kata lain, Karen Armstrong dan Seyyed Hossein Nasr mengajak kita berpikir secara mendalam dalam sudut pandang agama bahwa alam itu sakral. Ia diciptakan oleh Tuhan, sebagai bukti kebesaran Tuhan (Ayat). Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman kita harus menghargai alam, menjaga alam dan melestarikan alam”