
Sukseskan BUAF, Kaprodi dan Dosen S2 ILTA jadi Narsum
Ketua Program Studi Magister Ilmu Tasawuf Dr. Muhammad Iqbal, S.Th.I., M.Si, menjadi narasumber workshop Metodologi Penelitian yang digelar di Aula Pascasarjana UIN Antasari. Kegiatan ini diikuti 90 mahasiswa/i dari berbagai program studi mulai hari Selasa-Rabu (6-7/05/24).
Workshop ini juga menghadirkan narasumber ahli lainnya, yaitu Dr. Irfan Noor, S.Ag., M.Hum (Dosen Magister Ilmu Tasawuf) dengan materi Introduction, Methods, Result, and Discussion (IMRAD) dan Dr. Dina Hermina, M.Pd (Dosen Magister Manajemen Pendidikan Islam) dengan materi Metode Penelitian Kuantitatif.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr. Irfan Noor, M.Hum. menyampaikan sejarah berdirinya Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF), yang tidak lepas dari peran penting Rektor UIN Antasari saat ini yaitu Prof. Dr. Mujiburrahman, M.A., ketika menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.
Dr. Irfan menceritakan, waktu itu Prof. Mujiburrahman resah dengan minimnya kegiatan akademik di lingkup Kalimantan, sehingga berinisiatif mendirikan sebuah forum yang dapat memfasilitasi kegiatan akademik para mahasiswa di kawasan Borneo. lokakarya ini sangat penting untuk membekali peneliti-peneliti muda, khususnya yang akan turut serta dalam BUAF ke-8.
Dr. Irfan kembali mengingatkan, bahwa event BUAF sangat penting. Saat ini, Ibu Kota Negara (IKN) terletak di Kalimantan Timur, dan Pulau Kalimantan secara keseluruhan akan menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, ia berharap, ke depannya peserta BUAF akan lebih banyak dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Sehingga BUAF tidak lagi sebagai kegiatan regional, tapi sudah level internasional, yang dari tahun ke tahun makin naik gengsinya,” harap lulusan S-3 Universiti Utara Malaysia ini.
Bagi mahasiswa menurut Wakil Rektor, mengikuti BUAF akan membuka wawasan dan jaringan yang lebih luas dan menjadi ajang untuk meningkatkan kapasitas diri. Ajang BUAF dapat menjadikan mahasiswa semakin ‘melek’ dengan informasi dan isu-isu yang berkembang di luar, agar tidak hanya menjadi katak dalam tempurung.