Bersama Proyek Kayuh Baimbai, UIN Antasari Ikut Luncurkan Panduan Kesiapan Bencana Inklusif bagi Difabel
BANJARMASIN – Peluncuran ini berlangsung di Wetland Square, Multipurpose Hall, Jalan Ahmad Yani Kilometer 3,5 Kota Banjarmasin, Kamis (25/04/2024). Dosen dan Mahasiswa Pascasarjana turut terlibat dalam meluncurkan Panduan Kesiapan Bencana Inklusif Difabel, bagian dari Proyek Kayuh Baimbai hasil kerja sama University of Leeds, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Banjarmasin, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Kota Banjarmasin, dan Universitas Islam Negeri Antasari.
Usai peluncuran, dialog pun dilangsungkan bersama para peserta, yang berasal dari kalangan difabel, mahasiswa, dan para pemerhati hukum dalam dua sesi. Sesi pertama terkait “Panduan Kesiapan Bencana Inklusif Difabel”, dan tentang “Kelompok Marjinal, Bagaiaman Kita Bisa Mengeliminasi Diskriminasi dan Membangun dan Menyosialisasikan Solidaritas Demi Menciptakan Inklusivitas?” di sesi kedua.
Ketua Program Studi S-2 HES Dr. Ilham Akbar, S.H., M.Kn. menegaskan, panduan ini dinilai penting dimiliki, agar para penyandang bisa mendapat penanganan tepat di saat bencana.
“Peran kolaborasi antara unsur pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat penting, untuk tanggap bencana terhadap disabilitas,” ungkapnya saat didampingi Sekretaris Prodi S-2 HES Fajrul Ilmi, M.Sy.
Ya, kolaborasi itu terlihat dari para pemateri yang terlibat. Di sesi satu ada Wali Kota H. Ibnu Sina yang diwakili Staf Ahli Bidang Kerja Sama dan Investasi Iwan Fitriadi. Sedangkan hadir dari Inggris adalah Dr. Katie McQuaid (Associate Profesor University of Leeds). Berikutnya adalah pembicara dari PPDI Kota Banjarmasin atas nama Slamet Triyadi, serta yang terakhir adalah perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Dalam kesempatannya, Iwan Fitriadi menjelaskan, bahwa pihaknya sudah melakukan langkah-langkah terkait kesiapan bencana inklusif difabel ini, di antaranya penempatan stiker petunjuk di rumah-rumah warga.
“Jadi, ini bisa memudahkan petugas, baik itu damkar ataupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melakukan penyelamatan,” jelasnya.
“Dari situ, mereka bisa menentukan mana yang akan menjadi prioritas, dan bagaimana penanganannya,” sambung Iwan.
Sedangkan di sesi kedua, pematerinya mengundang Ariel Lawang (seniman dan pembuat komik Halin ai), Mariatul Asiah, M.A. (Dosen UIN Antasari Banjarmasin), perwakilan diffability liaison officers Proyek Kayuh Baimbai, perwakilan Dinas Sosial, dan pengurus Radio Antar Penduduk Indonesia yang dimoderatori oleh Mumpuni Gati Lintang (Mahasiswa Pascasarjana UIN Antasari).
Seperti diketahui, Proyek Kayuh Baimbai telah dimulai sejak 2021, diawali riset bersama para penyandang difabel, yang dilanjutkan aksi kolaborasi dengan PPDI, HWDI, dan Pascasarjana UIN Antasari, guna menghadirkan sejumlah program penting, seperti pembuatan Panduan Kesiapan Bencana Inklusif Difabel.
(Ilham/Fajrul)
